Pada tanggal 26 Februari 2015, Pemuda Katolik menghadiri undangan kegiatan Seminar Kesehatan bagi OKP di Jawa Timur yang diselenggarakan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Propinsi Jawa Timur bekerja sama dengan Komite Nasional Pemuda Indonesia. Acara yang bertempat di Gedung Islamic Center Surabaya ini, diikuti kurang lebih 60 peserta dari perwakilan OKP di seluruh Propinsi Jawa Timur. Pemuda Katolik Surabaya mengirimkan satu orang perwakilan, yaitu saudara Edwin Gore. Seminar yang berlangsung sedari pukul 09.00 sampai 16.00 WIB ini, menghadirkan berbagai narasumber yang ahli terutama dalam bidang kesehatan khususnya yang berkaitan dengan pemuda.
Acara dibuka oleh sambutan dari Kepala Dispora Jatim yang diwakilkan oleh Kepala Bidang Kepemudaan. Beliau dalam sambutannya menyampaikan bahwa kesehatan adalah faktor yang penting dalam pengembangan kepemudaan. Dengan mengutip pepatah Mens Sana in Corpore Sano, beliau menekankan bahwa pembangunan jiwa yang sehat harus diprioritaskan agar terbentuk jasmani yang kuat. Beliau mencontohkan kasus-kasus korupsi yang marak saat ini terjadi dilakukan oleh para pejabat negara yang secara jasmani sehat, tetapi jiwanya sedang bermasalah. Di akhir sambutannya Kepala Bidang Kepemudaan lalu mengajak seluruh OKP di Jatim untuk bersama-sama dengan Dispora menyiapkan diri menyambut datangnya Masyarakat Ekonomi Asean-Asean Free Trade Area 2015.
Sambutan selanjutnya disampaikan oleh perwakilan dari KNPI. Dalam sambutannya perwakilan dari KNPI menyampaikan bahwa kesehatan sangat erat kaitannya dari iman dan kedisiplinan. Terutama pada aspek kedisiplinan, penyakit yang muncul saat ini sering dikarenakan kurangnya kedisiplinan dan kesadaran akan pentingnya kesehatan. Beliau mencontohkan bahwa kedisiplinan dapat tercermin dari kebiasaan melakukan olahraga. Sambutan yang cukup komunikatif dari beliau membuat peserta seminar dapat tergugah kesadarannya akan kesehatan yang dapat menjadi pengantar yang baik untuk dapat berpartisipasi aktif dalama seminar ini.
Materi pertama tentang Gizi dan Pemuda disampaikan oleh Dian Sofiya, SKM., M. Kes. Ibu Dian membuka presentasinya dengan pertanyaan interaktif tentang kebiasaan sarapan dari para peserta seminar. Beliau menyatakan bahwa sangat penting untuk melakukan pembagian porsi makan untuk memebuhi kebutuhan kalori dalam satu hari. Kebutuhan kalori laki-laki kurang lebih 2000 kalori sehari dan untuk perempuan 1800 kalori dengan asumsi bahwa aktivitas laki-laki membutuhkan energi yang lebih daripada perempuan. Lanjut beliau, bahwa batasan ini perlu diperhatikan agar tidak terjadi kekurangan dan kelebihan asupan energi selama satu hari. Di akhir presentasi beliau menekankan pentingnya pengaturan asupan gizi karena sangat berdampak pada kondisi kesehatan.
Membangun Kesehatan Pemuda adalah topik materi selanjutnya yang disampaikan oleh Dr. Sri Adiningsih. Pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dan aktivis Hak Asasi Manusia ini dengan terus terang membeberkan fakta tentang kehidupan kesehatan pemuda. Hasil yang ditemukan bisa dibilang tidak cukup membanggakan, yaitu bahwa frekuensi penyalahgunaan obat-obatan terlarang, alkohol, rokok, sampai pada perilaku kehidupan seks mengalami tren yang meningkat tajam. Beliau lalu membantu pemahaman tentang kesehatan dengan mengutip definisi kesehatan menurut World Health Organization, yaitu mencakup jasmani, psikis, sosial, dan produktivitas (pendidikan dan bekerja). Frekuensi dari gaya hidup berbahaya di atas dapat membahayakan ke-empat aspek kesehatan yang dilansir oleh WHO.
Diskusi dalam seminar ini bergerak menjadi semakin menarik ketika salah satu peserta melemparkan topik diskusi yang hangat khususnya di Surabaya, yaitu tentang penutupan Lokalisasi Dolly. Bu Din, begitu panggilan akrab beliau, menyatakan bahwa ikon Surabaya sebagai kota prostitusi-lah yang salah satunya menjadi pemicu Wali Kota Surabaya Tri Risma untuk melakukan penutupan lokalisasi yang sempat menjadi yang terbesar di Asia Tenggara tersebut. Bu Din lalu melanjutkan bahwa yang tidak kalah penting dari semua itu adalah bahwa pengangkatan harkat dan martabat perempuan-lah yang harus diberi poin paling utama. Beliau juga menguatkan pendapatnya tentang seringkali terjadi praktek penyuapan kepada pejabat kesehatan yang akan melakukan pencegahan penyakit seksual menular di lokalisasi. “Jika seseorang PSK tertular HIV, maka dipastikan setiap pelanggan akan terkena resiko yang sangat besar untuk juga terkena. Dapatlah dihitung berapa banyak anggota keluarga dari pengguna jasa PSK tersebut yang kemungkinan tertular HIV. Perilaku seks tidak aman adalah sangat berbahaya dan prostitusi sangat rentan akan hal ini,” ungkap beliau.
Perwakilan dari BPJS Kota Surabaya yaitu oleh Wahyu Dyah Puspitasari, juga memberikan materinya tentang BPJS Kesehatan dalam seminar ini. Dengan sangat jelas dan sistematis, Dyah, begitu panggilan akrabnya, menerangkan tentang landasan hukum penyelenggaraan BPJS, jenis-jenis jaminan kesehatan yang disediakan BPJS, dan hingga mekanisme teknisnya. Beliau menekankan bahwa penyelenggaraan BPJS ini berdasarkan asas gotong-royong. Asas gotong royong artinya bahwa penyelenggaraan jaminan kesehatan di Indonesia adalah kewajiban dari semua pihak baik negara, masyarakat yang sehat, dan masyarakat yang sakit. “Itulah mengapa keanggotaan BPJS adalah bersifat wajib,” lanjut Dyah.
Sangat disayangkan dalam seminar ini, perwakilan dari Komisi E DPRD Propinsi Jawa Timur tidak hadir. Akhirnya Dispora Jatim mengisi kekosongan waktu tersebut dengan publikasi kegiatan-kegiatan yang akan diadakan pada tahun 2015 ini. Kegiatan-kegiatan seperti pengembangan sumberdaya pemuda dan koordinasi antar OKP dan Dispora terlihat sangat mewarnai rencangan kegiatan Dispora Jatim tahun 2015, yang adalah kabar yang sangat baik bagi OKP di Jawa Timur. Semoga Pemuda Katolik Surabaya juga dapat memanfaatkan momentum ini. (Edwin Gore)