Saya sebenarnya murni iseng-iseng saja saat melihat pengumuman pembukaan pendaftaran Pertukaran Pemuda Antar Negara yang diselenggarakan oleh Purna Caraka Muda Indonesia Provinsi Jawa Timur. Semangat awalnya adalah memberikan yang terbaik dan tidak berharap yang teralu muluk. Tetapi puji Tuhan saya boleh masuk sampai tahapan karantina, meskipun tidak lolos sampai berangkat ke luar negeri.
Tahapan Karantina adalah salah satu tahapan yang paling berat menurut saya. Karena meskipun bukan ujian fisik yang berat, tetapi mengalahkan diri sendiri lah yang membuat tahap seleksi ini bisa membuat saya hampir ada di titik batas saya. Anyway ini adalah sepenggal kisah saya.. Enjoy..
Tahapan Karantina adalah salah satu tahapan yang paling berat menurut saya. Karena meskipun bukan ujian fisik yang berat, tetapi mengalahkan diri sendiri lah yang membuat tahap seleksi ini bisa membuat saya hampir ada di titik batas saya. Anyway ini adalah sepenggal kisah saya.. Enjoy..
Tantangan dalam Seleksi Pertukaran Pemuda Antar Negara 2015
Kesenangan melihat hal-hal baru di luar yang biasa kita lihat
sehari-hari adalah rata-rata sifat yang dimiliki hampir setiap manusia
di muka bumi ini. Rasa penasaran akan apa yang terjadi di belahan bumi
yang lain juga rata-rata dimiliki setiap manusia. Menemukan kesenangan
yang berawal dari rasa penasaran inilah, lalu membuat manusia melakukan
perjalanan luar biasa meskipun dibutuhkan pengorbanan besar dan usaha
yang lebih keras. Hal itu pun berlaku bagi saya, rasa penasaran saya
akan apa yang terjadi di belahan dunia lain menjadi motivasi awal saya
untuk mengikuti seleksi Pertukaran Pemuda Antar Negara tahun 2015 dari
perwakilan Jawa Timur ini. Motivasi yang sama yang hampir semua pemuda
miliki.
Tetapi hal ini kemudian menjadi lebih dari sekedar mencari
pengalaman menyenangkan dan memuaskan rasa penasaran semata. Berawal
dari kepercayaan saya bahwa manusia harus memiliki tujuan untuk sesuatu
yang lebih besar dari dirinya sendiri seperti bukan hanya ambisi,
kesenangan, dan kepuasan pribadi, membuat saya mencoba menggali motivasi
saya lebih dalam. Saya menemukan kenyataan bahwa Indonesia terutama
pada dekade-dekade ini, sedang berada dalam sebuah titik transisi yang
sangat menentukan. Pembukaan batas-batas negara secara implisit yang
merupakan konsekuensi logis dari globalisasi, membuat Indonesia harus
memiliki karakter dan identitas yang jelas dalam percaturan politik dan
hukum Internasional. Identitas Indonesia sebagai pemegang asas Pancasila
seperti yang dipilih oleh pendiri bangsa ini, tengah diancam dengan
“budaya” dan hegemoni kapitalisme yang terang sekali tidak meginginkan
gotong royong dan keadilan sosial.
Kenyataan globalisasi ini lalu
kemudian juga dihadapkan dengan masalah besar yang dimiliki Indonesia
tentang trust issue (masalah kepercayaan dan integritas) yang saat ini
sedang menggempur segala aspek kehidupan bangsa. Kita sudah sudah ada
dalam tahapan tidak malu untuk tidak jujur dan korup. Disamping dampak
kebiasaan korup yang menjadi ancaman utama dalam negeri, hal ini juga
sangat berdampak bahkan sangat signifikan dalam posisi strategis
Indonesia dalam dunia Internasional. Tidak ada hubungan harmonis yang
dibangun tanpa trust. Apalagi hubungan antara suatu negara bangsa dengan
negara bangsa yang lain. Kita akan menjadi bangsa yang dikucilkan dan
direndahkan jika tidak memiliki integritas.
Kedua isu inilah yang
menurut saya adalah masalah urgen yang harus diperhatikan oleh
pemerintah Indonesia termasuk dalam hal ini Kementerian Pemuda dan
Olahraga lewat program Pertukaran Pemuda Antar Negara 2015. Calon
delegasi Indonesia harus dapat membawa kedua hal ini. Dan inilah
motivasi terbesar saya dalam mengikuti program Pertukaran Pemuda Antar
Negara 2015 ini. Tapi yang lebih penting adalah dalam kesempatan ini
saya juga harus berani mengatakan bahwa jika delegasi lain memiliki
kualitas yang lebih baik dalam identitas ke-Pancasilaan-nya (sudah lebih
tinggi dari nasionalisme atau patriotisme), saya dengan sangat sukarela
dan berbahagia mendukung beliau untuk mewakili Indonesia dan bukan
saya. Seperti saya katakan sebelumnya, Indonesia sedang ada dalam masa
kritis dan menentukan terutama dengan akan diberlakukannya ASEAN
Economic Area. Indonesia akan ditentukan akankah menjadi negara bangsa
yang krisis indentitas dan tidak bermartabat ataukah menjadi negara
bangsa yang besar dan bermartabat. Saya tidak ingin mengorbankan
martabat bangsa saya hanya untuk memuaskan keinginan pribadi semata. Itu
motivasi terbesar saya.
Saya sangat meminati program The Ship for
Southeast Asian and Japanese Youth Program (SSEAYP) ASEAN–Japan. Hal
ini karena saya melihat bahwa membangun hubungan yang kuat dengan
negara-negara ASEAN terutama adalah hal yang sangat penting. Uni Eropa
yang dianggap sebagai Organisasi Internasional paling baik di dunia ini,
dikarenakan antar satu negara dan negara yang lain memiliki hubungan
yang kuat. Mazhab pemikiran yang menyatakan bahwa negara bisa makmur
tanpa melakukan hubungan dengan dunia Internasional sudah lama
terpatahkan seperti diperlihatkan waktu era Shogun Tokugawa yang
tertutup di Jepang selama berabad-abad akhirnya pun harus dibuka dengan
Restorasi Meiji yang revolusioner. Hal ini menunjukan bahwa hubungan
antar negara adalah sebuah keiscayaan dan perlu dibangun dengan kuat.
Terlebih yang paling utama adalah membangun hubungan yang kuat di
kawasan regional. Hal ini dikarenakan kawasan terdekatlah yang memiliki
fungsi strategis baik dalam hal keamanan, perbatasan, perekonomian, dan
sosial masyarakat. Inilah yang manjadikan alasan saya mengapa memilih
program The Ship for Southeast Asian and Japanese Youth Program (SSEAYP)
ASEAN–Japan. Saya ingin sangat ingin menjadi bagian dalam kontribusi
menguatkan kawasan regional di Asia Tenggara.
Selanjutnya saya
juga melihat program Indonesia-China Youth Exchange Program dan
Pertukaran Pemuda Indonesia-Kanada sebagai kesempatan yang bagus
lainnya. Saya secara pribadi melihat China sebagai negara yang luar
biasa. Dengan penduduk paling banyak di dunia, China berkembang menjadi
sebuah kekuatan baru yang mampu mendominansi perekonomian dunia. Seperti
prediksi Napoleon Bonaparte yang mengatakan bahwa China suatu saat akan
bangun menjadi kekuatan besar dunia. Saya terutama ingin mempelajari
bagaimana bangunan hukum di negara yang besar tersebut sehingga berhasil
menjadi negara komunis yang beraliran ekonomi liberal yang konon
diprediksi dapat mengalahkan dominasi Amerika Serikat. Alasan mengapa
saya memilih Kanada dikarenakan saya sangat tertarik mendengar cerita
bahwa delegasi harus tinggal bersama sebuah keluarga di Kanada dalam
jangka waktu yang lama. Saya pribadi ingin mengukur diri untuk
beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda seratus delapan puluh
derajat. Dan yang lebih menarik adalah bahwa saya harus beradaptasi
dalam jangka waktu yang lama. Saya ingin mencoba pengalaman ini.
Tantangan
yang dihadapi selama proses seleksi Pertukaran Pemuda Antar Negara
tahun 2015 bagi saya adalah menejemen waktu. Karena dalam waktu yang
sangat singkat saya harus dapat memenuhi berbagai kriteria dan tugas
yang diberikan oleh panitia. Tentu saya paham ini adalah untuk melatih
determinasi dan daya tahan peserta. Saya kira waktu dulu pada proses
tahapan administrasi adalah yang sudah terberat. Ternyata saya salah
semakin sedikit peserta semakin ketatlah persaingan dan banyaklah
indikator-indikator yang harus saya penuhi. Saya juga mengalami beberapa
kendala tentang kerja tim yang notabene saling berjauhan. Saya selama
ini terbiasa bekerja sama secara tatap muka langsung. Tapi karena
Pertukaran Pemuda Antar Negara tahun 2015 ini saya menjadi lebih efisien
dalam melakukan koordinasi dan komunikasi.
Strategi saya dalam
mengikuti karantina ini adalah dengan tidak hanya menjadi diri sendiri
semata, tetapi menjadi diri saya yang terbaik. Tentu perlu usaha paling
keras untuk menjadi diri sendiri dalam bentuknya yang terbaik. Saya juga
mengutamakan aspek efektifitas dan efisiensi dalam strategi saya selama
karantina. Segala tugas harus dilakukan dengan efektif dan efisien.
Tapi yang paling penting dari semua itu adalah kekeluargaan dan menjaga
persahabatan dengan siapapun termasuk sesame peserta ataupun dengan
kakak-kakak panitia. Karena filosofi saya adalah untuk apa memiliki
segudang prestasi dan harta yang melimpah kalau kita tidak bisa menjadi
sahabat dan membaikan kehidupan orang-orang disekeliling kita. Harapan
saya tentu adalah dapat menjadi pribadi yang baru setelah mengikuti
karantina ini. Saya menjadi pribadi yang lebih sabar, yang lebih suka
memahami daripada menuntut orang lain, dan juga menjadi pribadi yang
tidak mudah menyerah. Saya memiliki harapan yang penting lainnya adalah
saya ingin mencari keluarga baru sebanyak-banyak nya. Karena saya
memiliki pandangan bahwa setiap orang baru tak terkecuali pasti memiliki
hal baik yang dapat kita pelajari dan menjadikan kita lebih baik lagi.
Karena itu saya sangat suka sekali berteman.
Manfaat yang ingin
saya bawa ke lingkungan saya adalah pemikiran yang lebih komprehensif
tentang dunia Internasional terutama ASEAN terutama dalam aspek social
justice-nya. Saya memiliki background keilmuan hukum. saya bercita-cita
jika suatu saat nanti menjadi seorang Yuris (Ahli Hukum) di masa depan,
saya harus memiliki bekal referensi sosial justice di berbagai negara
yang dibangun masyarakatnya. Seperti yang saya contohkan dengan negara
China dan mungkin juga negara Jepang yang terkenal dengan integritas
luar biasanya. Saya sebagai calon pengambil keputusan di masa depan
harus memiliki referensi yang luas tentang banyak model hukum dan
bangunan struktur hukum. Karena sangat tidak cukup atau bahkan berbahaya
jika seorang ahli hukum memiliki referensi social justice yang kurang.
Akibat yang sangat fatal adalah jika dia seorang hakim maka putusan yang
dikeluarkan tidak sesuai dengan social justice di dalam masyarakat.
Atau jika ia seorang pembuat kebijakan, maka jika ia jauh dari social
justice, hukum dan kebijhakan yang ia buat tentu akan menyengsarakan
masyarakat.
Apalagi dengan globalisasi saat ini yang sudah ada di
amabang pintu. Seorang yuris harus memiliki wawasan internasional dan
jaringan internasional. Bukan semata-mata untuk mengeruk pundi-pundi
pendapatan, tetapi lebih daripada itu bahwa seorang yuris memiliki
pengaruh yang kuat untuk memajukan negaranya. Dan lewat koordinasi yang
tangguh diantara jaringan-jaringan di negara-negara internasional, maka
bukan tidak mungkin perubahan-perubahan yang seperti membebaskan diri
dari pers otoriter di Malaysia, demokrasi di pemerintahan junta militer
di beberapa negara di ASEAN, ataupun perlindungan Hak Asasi Manusia
diberbagai negara dapat diperjuangkan. Banyak hal yang dapat dilakukan
dan diperjuangankan ketika kita mencoba belajar tentang prespektif baru.
Saya sangat ingin mempelajari perspektif bangsa-bangsa ini, untuk
menjadikan saya manusia yang lebih utuh dan terlebih berguna bagi bangsa
dan negara.(Edwin Gore)
Iya, jadi ini adalah salah satu tugas yang diberikan panitia seleksi, yaitu menulis pengalaman seleksi sampai tahap karantina di atas, lalu mendesain poster (bukan oleh saya, tapi oleh teman2 yang berkompeten), membuat biografi, mebuat video singkat (juga bukan oleh saya), buku kenangan (juga bukan oleh saya), dan kampanye membuang sampah pada tempatnya (saya ikut jadi salah satu modelnya, hihi).
Berikut adalah tugas membuat biografi, hihi..
EDWIN GORE
Kota
Malang, dua puluh dua tahun yang lalu menjadi tempat kelahiran seorang anak
laki-laki yang dianugerahi nama Daniel Edwin Indrajaya Gore oleh kedua orang
tuanya yang bernama Bernadinus Mite Gore dan Ursula Endang Setyaningsih.
Laki-laki yang saat ini kerab disapa dengan panggilan akrab Edwin Gore ini
bertumbuh secara sehat sebagai anak satu-satunya dalam keluarga kecil yang
bahagia ini. Limpahan kasih sayang dari ayah dan ibunya membuat Edwin kecil
memiliki kepercayaan diri dan keberanian yang tinggi, yang nantinya akan sangat
berpengaruh membentuk karakter Edwin saat dewasa nanti.
Saat menginjak
remaja, Edwin menemukan minat khusus pada musik dan bernyanyi. Edwin bahkan
juga sempat bercita-cita menjadi musisi seperti cita-cita yang umum dipilih
oleh remaja lain seusianya. Sempat mengikuti kursus alat musik selama beberapa
saat dan bermain dalam beberapa festival band sekolah dan luar sekolah, Edwin
banyak menghabiskan masa remajanya untuk berlatih musik terutama instrumen
gitar dan bernyanyi dalam paduan suara di sekolahnya. Meskipun saat ini Edwin
Gore hampir dapat dikatakan sangat jarang berlatih dan memainkan alat musik,
tetapi kesenangannya akan musik masih bertahan terutama jenis pop-jazz dan
alternative.
Selanjutnya
Edwin remaja yang mulai menginjak dewasa lalu dengan segera menemukan kesenangan
tersendiri dari dunia buku dan pengetahuan umum. Buku Catatan Seorang
Demonstran karya Soe Hok Gie memiliki pengaruh cukup signifikan di awal masa
SMA hingga awal masa kuliahnya. Karena teralu terinspirasi akan tokoh
pergerakan mahasiswa tahun 1966 ini, Edwin sampai mencoba melakukan pendakian
gunung pertamanya. Padahal waktu itu kondisi fisk dari Edwin sangat tidak fit
untuk melakukan pendakian gunung. Dengan berat 105 kg dan tinggi sekitar 161
cm, Edwin mencoba menaklukan gunung pertamanya yaitu Gunung Panderman dan
Gunung Welirang di Jawa Timur.
Selain mendaki
yang sempat dilakukan beberapa kali, masih juga dipengaruhi oleh tokoh idolanya
yaitu Soe Hok Gie, Edwin juga menemukan kesenangannya dengan dunia apresiasi
film. Seperti yang dikisahkan dalam buku Catatan Seorang Demonstran, Edwin juga
sangat terkesan dengan kegiatan diskusi film yang dilakukan Gie di Fakultas
Sastra di Universitas Indonesia. Dengan semangat yang sama Edwin lantas meniru
kegaitan diskusi film Gie ini saat menjadi Pimpinan Umum Lembaga Pers Mahasiswa
Nawaksara Fakultas Hukum Unair dan saat ini menjabat sebagai Ketua Jumatan
Komisi Kepemudaan Keuskupan Surabaya. Pada dua organisasi itu, Edwin seperti
menemukan dunia kesenangannya yaitu berdiskusi dan mengapresiasi film-film yang
berkualitas.
Edwin juga
memiliki hobi berolahraga dan hidup sehat. Semenjak kecil Edwin sudah terlahir
dengan postur gempal membuatnya harus berusaha keras untuk bisa meperoleh tubuh
yang fit. Berbagai olahraga semacam renang, lari, bersepeda, circuit training,
dan sampai fitness dilakoni Edwin untuk memperoleh tubuh yang lebih sehat.
Hasilnya dari berat 110 kg saat pertama kali berkuliah, Edwin berhasil
menurunkan bobot tubuhnya sampai 73 kg. Pola makan dengan sistem puasalah yang
dipilih Edwin dalam menjaga bobot tubuhnya. Hasilnya tubuh fit dan bugar yang
sekarang disyukuri oleh Edwin sebagai salah satu anugrah dari Tuhan.
Saat ini Edwin
tengah mengenyam pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Airlangga pada
semester akhir dan tengah menyusun skripsi. Skripsi yang tengah disusun Edwin
berjudul Hukum Adat, Pluralisme Hukum, dan Konstitusi. Untuk ke depannya, Edwin
bercita-cita untuk menjadi Hakim dan Negarawan. Hal ini dikarenakan kejengahan
Edwin melihat perkembangan dunia peradilan dan ketatanegaraan Indonesia yang
sangat susah menemukan orang yang memiliki integritas dan karakter yang kuat.
Dengan penempaan tentang integritas dan karakter yang selama ini selalu
dibiasakan dalam hal-hal kecil oleh Edwin, diharapkan mampu membuat Edwin kelak
menjadi Hakim dan Negarawan yang memiliki integritas dan karakter yang tangguh.
Video profil finalis PPAN Jatim 2015
Finalis PPAN Jatim berfoto dengan Oma dan Opa di Rumah Usiawan Panti Surya , Wonocolo Surabaya. Foto diambil pada 24 Mei 2015, saat para finalis selesai mnyuguhkan pagelaran seni budaya Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar