“Evangelii
Gaudium dalam Konteks Jakarta”
Wisma
Samadi, Klender, Jakarta Timur menjadi tempat perhelatan Temu Moderatores Orang
Muda Katolik (OMK) dan Mahasiswa se-Regio Jawa (Temod) 2015 yang telah berlangsung
pada tanggal 20-23 April 2015 lalu. Temod 2015 kali ini diikuti sebanyak kurang
lebih 50an peserta yang terdiri dari perwakilan pendamping di 8 Komisi
Kepemudaan (Komkep) di berbagai Keuskupan dan perwakilan pendamping di Gereja Mahasiswa
se-Regio Jawa. Komkep Surabaya sendiri mengirimkan 3 perwakilan, yaitu Romo Diosesan
(RD) Paulus Febrianto yang adalah Romo Moderator Komkep Surabaya, Katerina
Gabriella, Edwin Gore, dan Verawati Ngamel. Selanjutnya Denny Setyabudy dan
Stevie Yonara ditunjuk menjadi perwakilan kemahasiswaan dari Keluarga Mahasiswa
Katolik Santo Aloysius Gonzaga, Universitas Airlangga.
Temod
yang menjadi wadah bertemunya para pendamping OMK dan Pastoral Mahasiswa sejak
tahun 1995 ini, selalu menawarkan keprihatinan tertentu dalam menyikapi situasi
sosial, politik, budaya, dan keagamaan di Gereja Indonesia. Komkep Kesuskupan
Agung Jakarta (KAJ), dimoderatori oleh RD. Albertus Yogo Prasetianto yang terpilih
menjadi Tuan Rumah Penyelenggaraan Temod 2015 menetapkan “Evangelii Gaudium dalam
Konteks Jakarta” sebagai tema penyelenggaraan Temod tahun ini. Bersumber dari
Eksortasi Apostolik pertama Paus Fransiskus tahun 2013, RD. Albertus Yogo dari
Komkep KAJ, RD. A. Haryanto dari Komkep KWI (Konferensi Waligereja Indonesia),
dan J.P. Suprapto sebagai Steering Committee mencoba menawarkan Evangelii Gaudium
(Sukacita Injil) sebagai bentuk pendampingan OMK dan Mahasiswa.
Evangelii Gaudium sebagai semangat
penginjilan
Diawali
oleh Rm. Krispurwana Cahyadi, SJ yang menjelaskan tentang Evangelii Gaudium
dalam Konteks Jakarta, peserta Temod 2015 dipaparkan akan tantangan dan
implementasi Evangelii Gaudium dalam kehidupan menggereja dan bermasyarakat
khususnya di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta. Kemudian sesi
dilanjutkan oleh Rm. Alfonsus Widhiwiyawan, SX yang membagikan pengalamannya
saat mendampingi OMK Matius Penginjil Bintaro, Jakarta Selatan dalam konteks semangat
Evangelii Gaudium.
Peserta
Temod 2015 lalu diajak untuk melihat proses transformasi Evangelii Gaudium di
Paroki Santo Servatius, Kampung Sawah, Bekasi, Jawa Barat. Paroki Kampung
Sawah, begitu panggilan akrabnya, sudah sangat terkenal karena adanya
inkulturasi budaya khususnya budaya Betawi dalam kehidupan menggereja,
liturgis, dan semangat perwataan injilnya. Disambut oleh penyematan sarung adat
betawi oleh Rm. Purwantoro, SJ kepada 8 perwakilan Keuskupan se-Regio Jawa,
peserta lalu diajak berkeliling bangunan Gereja Kampung Sawah yang ternyata
menyimpan banyak relikui (tulang-belulang orang kudus) dari
Santo Servatius.
Selain perayaan ekaristi yang tetap mempertahankan budaya betawi di
dalamnya seperti penggunaan bahasa betawi dalam misa dan baju adat khas betawi
seperti kebaya, sarung, golok, dan peci dalam kesempatan-kesempatan tertentu,
Paroki Kampung Sawah juga memiliki berbagai kekhasan inkulturasi budaya yang
tidak bisa ditemui di tempat lain. Kegiatan-kegiatan seperti sedekah bumi yang
dulunya berasal dari ritual animisme bebaritan,
ngeriung bareng, gambang kromong, tradisi mengaduk dodol, dan banyak lagi
mewarnai kehidupan menggereja umat-umat di Paroki Kampung Sawah yang rata-rata
pasti memiliki ikatan kekerabatan antar satu dan lainnya.
Dalam konteks Gereja yang “keluar” dalam Evangelii Gaudium,
Paroki Kampung Sawah berusaha menjadi sumber pewarta kedamaian dan cinta kasih
di antara masyarakat daerah Kampung Sawah yang memiliki latar yang sangat
beragam. Latar belakang masyarakat Kampung Sawah yang terdiri dari Pondok
Pesantren Al Aziz, Vihara Tridharma Pondok Gede, Gereja Kristen Pasundan,
Gereja Kristen Jawa, dan berbagai elemen masyarakat lain seperti Paguyuban Umat
Beragama Melati Mandiri, Yayasan Fisabilillah (YASFI), membuat Paroki Santo
Servatius tengah benar-benar ada dalam suka cita injil dari Gereja yang
“keluar”.
Exposure ke Pemerintah DKI Jakarta dan
MPR-RI
Acara
yang dinanti-nantikan oleh para peserta Temod 2015 adalah exposure ke Kantor
Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Gedung Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, dan Taman Mini Indonesia Indah.
Kunjungan tahap pertama peserta Temod 2015 adalah menuju Gedung Pemprov DKI
Jakarta untuk menemui Gubernur DKI Jakarta Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M atau
akrab dipanggil Ahok. Sayangnya karena bertepatan dengan penyelenggaraan
peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA), Ahok dengan sangat terpaksa
harus membatalkan audiensi dengan peserta Temod 2015 untuk menyambut kepala
negara-kepala negara sahabat di Jakarta.
Wakil
Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat (kiri), bersama RD. Albertus Yogo dari
Komkep KAJ (tengah) dan, RD. A. Haryanto dari Komkep KWI saat melakukan
audiensi ke Pemprov DKI Jakarta.
Tetapi
kekecewaan peserta Temod 2015 cukup terobati lantaran Wakil Gubernur DKI Djarot
Saiful Hidayat berkenan menggantikan Ahok untuk melakukan audiensi di dalam
Balai Agung Pemprov DKI Jakarta. Dalam sambutannya Pak Djarot menyampaikan
tentang pentingnya keluarga dalam membentuk karakter kepemimpinan seseorang.
“Jiwa kepemimpinan itu selalu dididik dalam lingkungan terkecil dulu, yaitu
keluarga. Yang lalu kemudian berkembang dalam masyarakat, berkembang di
sekolah, dan berkembang dalam macam-macam organisasi,” terang Mantan Wali Kota
Blitar yang juga sempat menjadi dosen dan Pembantu Rektor I di Universitas 17
Agustus 1945 Surabaya ini.
Berlanjut
dari Pemerintah DKI Jakarta, peserta Temod 2015 langsung menuju salah satu
gedung paling bersejarah bagi perjuangan demokrasi di Indonesia, yaitu Gedung
MPR-RI. Peserta Temod 2015 disambut oleh 3 orang anggota DPR-RI, yaitu Jhony G.
Kera dari Fraksi Partai Nasional Demokrat, lalu Bu Hesti dan Bu Itet keduanya
dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, dan oleh 2 orang anggota
DPD-RI, yaitu Maria Goreti dari perwakilan Propinsi Kalimantan Barat dan Anang Prihantoro dari perwakilan Propinsi Lampung.
Dari
audiensi selama kurang lebih 2 jam, diperoleh informasi dari para anggota dewan
bahwa jumlah anggota MPR periode 2014-2019
gabungan dari jumlah anggota DPR dan DPD yang berjumlah 692 orang keseluruhan,
hanya terdapat 18 orang yang beragama Katolik dan 100 orang yang beragama
Kristen Protestan. Audiensi antara peserta Temod 2015 dan para anggota dewan
berlangsung dengan cukup baik. Banyak harapan dan pertanyaan yang dilontarkan
kepada para anggota dewan dari para peserta. Salah satunya oleh Edwin Gore dari
perwakilan Komkep Surabaya yang mencermati lemahnya kinerja para anggota dewan
dikarenakan teralu sibuk untuk mengurusi konflik internal partai dan tentang
harapan akan integritas yang lebih sebagai orang Katolik di dalam lingkup
kekuasaan Legislatif.
Perwakilan Komkep Surabaya saat berpose dengan Maria Goreti
(tengah)Anggota DPD perwakilan Propinsi Kalimantan Barat.
Temod sebagai ajang berbagi dan belajar
bagi Komkep Surabaya
Komkep
Surabaya sebagai Tuan Rumah Temod 2016, melihat Temu Moderatores sebagai
langkah strategis yang harus terus dilakukan. Pertemuan semacam inilah yang
dapat saling menguatkan antar sesama pendamping Orang Muda. Tetapi pendampingan
OMK dan Mahasiswa tetap memerlukan kontekstualisasi pendampingan seperti yang
diamanatkan Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium. Kemudian agar jangan
sampai terjadi apa yang dikotbahkan oleh Uskup Agung KAJ Mgr. Ignatius Suharyo
dalam Misa Penutupan Temod 2015, yaitu tentang gerakan mengembalikan Injil oleh
perwakilan Suku Indian kepada Santo Yohanes Paulus II saat kunjungannya ke
Amerika Latin, dikarenakan Gereja yang teralu sibuk mencari kenyamanan diri dan
diam akan ketidakadilan. (Edwin Gore)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar