Minggu, 31 Mei 2015

Pengalaman seleksi Pertukaran Pemuda Antar Negara 2015

Saya sebenarnya murni iseng-iseng saja saat melihat pengumuman pembukaan pendaftaran Pertukaran Pemuda Antar Negara yang diselenggarakan oleh Purna Caraka Muda Indonesia Provinsi Jawa Timur. Semangat awalnya adalah memberikan yang terbaik dan tidak berharap yang teralu muluk. Tetapi puji Tuhan saya boleh masuk sampai tahapan karantina, meskipun tidak lolos sampai berangkat ke luar negeri.

Tahapan Karantina adalah salah satu tahapan yang paling berat menurut saya. Karena meskipun bukan ujian fisik yang berat, tetapi mengalahkan diri sendiri lah yang membuat tahap seleksi ini bisa membuat saya hampir ada di titik batas saya. Anyway ini adalah sepenggal kisah saya.. Enjoy..

Tantangan dalam Seleksi Pertukaran Pemuda Antar Negara 2015

Kesenangan melihat hal-hal baru di luar yang biasa kita lihat sehari-hari adalah rata-rata sifat yang dimiliki hampir setiap manusia di muka bumi ini. Rasa penasaran akan apa yang terjadi di belahan bumi yang lain juga rata-rata dimiliki setiap manusia. Menemukan kesenangan yang berawal dari rasa penasaran inilah, lalu membuat manusia melakukan perjalanan luar biasa meskipun dibutuhkan pengorbanan besar dan usaha yang lebih keras. Hal itu pun berlaku bagi saya, rasa penasaran saya akan apa yang terjadi di belahan dunia lain menjadi motivasi awal saya untuk mengikuti seleksi Pertukaran Pemuda Antar Negara tahun 2015 dari perwakilan Jawa Timur ini. Motivasi yang sama yang hampir semua pemuda miliki.
Tetapi hal ini kemudian menjadi lebih dari sekedar mencari pengalaman menyenangkan dan memuaskan rasa penasaran semata. Berawal dari kepercayaan saya bahwa manusia harus memiliki tujuan untuk sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri seperti bukan hanya ambisi, kesenangan, dan kepuasan pribadi, membuat saya mencoba menggali motivasi saya lebih dalam. Saya menemukan kenyataan bahwa Indonesia terutama pada dekade-dekade ini, sedang berada dalam sebuah titik transisi yang sangat menentukan. Pembukaan batas-batas negara secara implisit yang merupakan konsekuensi logis dari globalisasi, membuat Indonesia harus memiliki karakter dan identitas yang jelas dalam percaturan politik dan hukum Internasional. Identitas Indonesia sebagai pemegang asas Pancasila seperti yang dipilih oleh pendiri bangsa ini, tengah diancam dengan “budaya” dan hegemoni kapitalisme yang terang sekali tidak meginginkan gotong royong dan keadilan sosial.

Kenyataan globalisasi ini lalu kemudian juga dihadapkan dengan masalah besar yang dimiliki Indonesia tentang trust issue (masalah kepercayaan dan integritas) yang saat ini sedang menggempur segala aspek kehidupan bangsa. Kita sudah sudah ada dalam tahapan tidak malu untuk tidak jujur dan korup. Disamping dampak kebiasaan korup yang menjadi ancaman utama dalam negeri, hal ini juga sangat berdampak bahkan sangat signifikan dalam posisi strategis Indonesia dalam dunia Internasional. Tidak ada hubungan harmonis yang dibangun tanpa trust. Apalagi hubungan antara suatu negara bangsa dengan negara bangsa yang lain. Kita akan menjadi bangsa yang dikucilkan dan direndahkan jika tidak memiliki integritas.

Kedua isu inilah yang menurut saya adalah masalah urgen yang harus diperhatikan oleh pemerintah Indonesia termasuk dalam hal ini Kementerian Pemuda dan Olahraga lewat program Pertukaran Pemuda Antar Negara 2015. Calon delegasi Indonesia harus dapat membawa kedua hal ini. Dan inilah motivasi terbesar saya dalam mengikuti program Pertukaran Pemuda Antar Negara 2015 ini. Tapi yang lebih penting adalah dalam kesempatan ini saya juga harus berani mengatakan bahwa jika delegasi lain memiliki kualitas yang lebih baik dalam identitas ke-Pancasilaan-nya (sudah lebih tinggi dari nasionalisme atau patriotisme), saya dengan sangat sukarela dan berbahagia mendukung beliau untuk mewakili Indonesia dan bukan saya. Seperti saya katakan sebelumnya, Indonesia sedang ada dalam masa kritis dan menentukan terutama dengan akan diberlakukannya ASEAN Economic Area. Indonesia akan ditentukan akankah menjadi negara bangsa yang krisis indentitas dan tidak bermartabat ataukah menjadi negara bangsa yang besar dan bermartabat. Saya tidak ingin mengorbankan martabat bangsa saya hanya untuk memuaskan keinginan pribadi semata. Itu motivasi terbesar saya.

Saya sangat meminati program The Ship for Southeast Asian and Japanese Youth Program (SSEAYP) ASEAN–Japan. Hal ini karena saya melihat bahwa membangun hubungan yang kuat dengan negara-negara ASEAN terutama adalah hal yang sangat penting. Uni Eropa yang dianggap sebagai Organisasi Internasional paling baik di dunia ini, dikarenakan antar satu negara dan negara yang lain memiliki hubungan yang kuat. Mazhab pemikiran yang menyatakan bahwa negara bisa makmur tanpa melakukan hubungan dengan dunia Internasional sudah lama terpatahkan seperti diperlihatkan waktu era Shogun Tokugawa yang tertutup di Jepang selama berabad-abad akhirnya pun harus dibuka dengan Restorasi Meiji yang revolusioner. Hal ini menunjukan bahwa hubungan antar negara adalah sebuah keiscayaan dan perlu dibangun dengan kuat. Terlebih yang paling utama adalah membangun hubungan yang kuat di kawasan regional. Hal ini dikarenakan kawasan terdekatlah yang memiliki fungsi strategis baik dalam hal keamanan, perbatasan, perekonomian, dan sosial masyarakat. Inilah yang manjadikan alasan saya mengapa memilih program The Ship for Southeast Asian and Japanese Youth Program (SSEAYP) ASEAN–Japan. Saya ingin sangat ingin menjadi bagian dalam kontribusi menguatkan kawasan regional di Asia Tenggara.

Selanjutnya saya juga melihat program Indonesia-China Youth Exchange Program dan Pertukaran Pemuda Indonesia-Kanada sebagai kesempatan yang bagus lainnya. Saya secara pribadi melihat China sebagai negara yang luar biasa. Dengan penduduk paling banyak di dunia, China berkembang menjadi sebuah kekuatan baru yang mampu mendominansi perekonomian dunia. Seperti prediksi Napoleon Bonaparte yang mengatakan bahwa China suatu saat akan bangun menjadi kekuatan besar dunia. Saya terutama ingin mempelajari bagaimana bangunan hukum di negara yang besar tersebut sehingga berhasil menjadi negara komunis yang beraliran ekonomi liberal yang konon diprediksi dapat mengalahkan dominasi Amerika Serikat. Alasan mengapa saya memilih Kanada dikarenakan saya sangat tertarik mendengar cerita bahwa delegasi harus tinggal bersama sebuah keluarga di Kanada dalam jangka waktu yang lama. Saya pribadi ingin mengukur diri untuk beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda seratus delapan puluh derajat. Dan yang lebih menarik adalah bahwa saya harus beradaptasi dalam jangka waktu yang lama. Saya ingin mencoba pengalaman ini.

Tantangan yang dihadapi selama proses seleksi Pertukaran Pemuda Antar Negara tahun 2015 bagi saya adalah menejemen waktu. Karena dalam waktu yang sangat singkat saya harus dapat memenuhi berbagai kriteria dan tugas yang diberikan oleh panitia. Tentu saya paham ini adalah untuk melatih determinasi dan daya tahan peserta. Saya kira waktu dulu pada proses tahapan administrasi adalah yang sudah terberat. Ternyata saya salah semakin sedikit peserta semakin ketatlah persaingan dan banyaklah indikator-indikator yang harus saya penuhi. Saya juga mengalami beberapa kendala tentang kerja tim yang notabene saling berjauhan. Saya selama ini terbiasa bekerja sama secara tatap muka langsung. Tapi karena Pertukaran Pemuda Antar Negara tahun 2015 ini saya menjadi lebih efisien dalam melakukan koordinasi dan komunikasi.

Strategi saya dalam mengikuti karantina ini adalah dengan tidak hanya menjadi diri sendiri semata, tetapi menjadi diri saya yang terbaik. Tentu perlu usaha paling keras untuk menjadi diri sendiri dalam bentuknya yang terbaik. Saya juga mengutamakan aspek efektifitas dan efisiensi dalam strategi saya selama karantina. Segala tugas harus dilakukan dengan efektif dan efisien. Tapi yang paling penting dari semua itu adalah kekeluargaan dan menjaga persahabatan dengan siapapun termasuk sesame peserta ataupun dengan kakak-kakak panitia. Karena filosofi saya adalah untuk apa memiliki segudang prestasi dan harta yang melimpah kalau kita tidak bisa menjadi sahabat dan membaikan kehidupan orang-orang disekeliling kita. Harapan saya tentu adalah dapat menjadi pribadi yang baru setelah mengikuti karantina ini. Saya menjadi pribadi yang lebih sabar, yang lebih suka memahami daripada menuntut orang lain, dan juga menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah. Saya memiliki harapan yang penting lainnya adalah saya ingin mencari keluarga baru sebanyak-banyak nya. Karena saya memiliki pandangan bahwa setiap orang baru tak terkecuali pasti memiliki hal baik yang dapat kita pelajari dan menjadikan kita lebih baik lagi. Karena itu saya sangat suka sekali berteman.

Manfaat yang ingin saya bawa ke lingkungan saya adalah pemikiran yang lebih komprehensif tentang dunia Internasional terutama ASEAN terutama dalam aspek social justice-nya. Saya memiliki background keilmuan hukum. saya bercita-cita jika suatu saat nanti menjadi seorang Yuris (Ahli Hukum) di masa depan, saya harus memiliki bekal referensi sosial justice di berbagai negara yang dibangun masyarakatnya. Seperti yang saya contohkan dengan negara China dan mungkin juga negara Jepang yang terkenal dengan integritas luar biasanya. Saya sebagai calon pengambil keputusan di masa depan harus memiliki referensi yang luas tentang banyak model hukum dan bangunan struktur hukum. Karena sangat tidak cukup atau bahkan berbahaya jika seorang ahli hukum memiliki referensi social justice yang kurang. Akibat yang sangat fatal adalah jika dia seorang hakim maka putusan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan social justice di dalam masyarakat. Atau jika ia seorang pembuat kebijakan, maka jika ia jauh dari social justice, hukum dan kebijhakan yang ia buat tentu akan menyengsarakan masyarakat.

Apalagi dengan globalisasi saat ini yang sudah ada di amabang pintu. Seorang yuris harus memiliki wawasan internasional dan jaringan internasional. Bukan semata-mata untuk mengeruk pundi-pundi pendapatan, tetapi lebih daripada itu bahwa seorang yuris memiliki pengaruh yang kuat untuk memajukan negaranya. Dan lewat koordinasi yang tangguh diantara jaringan-jaringan di negara-negara internasional, maka bukan tidak mungkin perubahan-perubahan yang seperti membebaskan diri dari pers otoriter di Malaysia, demokrasi di pemerintahan junta militer di beberapa negara di ASEAN, ataupun perlindungan Hak Asasi Manusia diberbagai negara dapat diperjuangkan. Banyak hal yang dapat dilakukan dan diperjuangankan ketika kita mencoba belajar tentang prespektif baru. Saya sangat ingin mempelajari perspektif bangsa-bangsa ini, untuk menjadikan saya manusia yang lebih utuh dan terlebih berguna bagi bangsa dan negara.(Edwin Gore)


Iya, jadi ini adalah salah satu tugas yang diberikan panitia seleksi, yaitu menulis pengalaman seleksi sampai tahap karantina di atas, lalu mendesain poster (bukan oleh saya, tapi oleh teman2 yang berkompeten), membuat biografi, mebuat video singkat (juga bukan oleh saya), buku kenangan (juga bukan oleh saya), dan kampanye membuang sampah pada tempatnya (saya ikut jadi salah satu modelnya, hihi).

Berikut adalah tugas membuat biografi, hihi..

EDWIN GORE 

Kota Malang, dua puluh dua tahun yang lalu menjadi tempat kelahiran seorang anak laki-laki yang dianugerahi nama Daniel Edwin Indrajaya Gore oleh kedua orang tuanya yang bernama Bernadinus Mite Gore dan Ursula Endang Setyaningsih. Laki-laki yang saat ini kerab disapa dengan panggilan akrab Edwin Gore ini bertumbuh secara sehat sebagai anak satu-satunya dalam keluarga kecil yang bahagia ini. Limpahan kasih sayang dari ayah dan ibunya membuat Edwin kecil memiliki kepercayaan diri dan keberanian yang tinggi, yang nantinya akan sangat berpengaruh membentuk karakter Edwin saat dewasa nanti.

Saat menginjak remaja, Edwin menemukan minat khusus pada musik dan bernyanyi. Edwin bahkan juga sempat bercita-cita menjadi musisi seperti cita-cita yang umum dipilih oleh remaja lain seusianya. Sempat mengikuti kursus alat musik selama beberapa saat dan bermain dalam beberapa festival band sekolah dan luar sekolah, Edwin banyak menghabiskan masa remajanya untuk berlatih musik terutama instrumen gitar dan bernyanyi dalam paduan suara di sekolahnya. Meskipun saat ini Edwin Gore hampir dapat dikatakan sangat jarang berlatih dan memainkan alat musik, tetapi kesenangannya akan musik masih bertahan terutama jenis pop-jazz dan alternative.

Selanjutnya Edwin remaja yang mulai menginjak dewasa lalu dengan segera menemukan kesenangan tersendiri dari dunia buku dan pengetahuan umum. Buku Catatan Seorang Demonstran karya Soe Hok Gie memiliki pengaruh cukup signifikan di awal masa SMA hingga awal masa kuliahnya. Karena teralu terinspirasi akan tokoh pergerakan mahasiswa tahun 1966 ini, Edwin sampai mencoba melakukan pendakian gunung pertamanya. Padahal waktu itu kondisi fisk dari Edwin sangat tidak fit untuk melakukan pendakian gunung. Dengan berat 105 kg dan tinggi sekitar 161 cm, Edwin mencoba menaklukan gunung pertamanya yaitu Gunung Panderman dan Gunung Welirang di Jawa Timur.

Selain mendaki yang sempat dilakukan beberapa kali, masih juga dipengaruhi oleh tokoh idolanya yaitu Soe Hok Gie, Edwin juga menemukan kesenangannya dengan dunia apresiasi film. Seperti yang dikisahkan dalam buku Catatan Seorang Demonstran, Edwin juga sangat terkesan dengan kegiatan diskusi film yang dilakukan Gie di Fakultas Sastra di Universitas Indonesia. Dengan semangat yang sama Edwin lantas meniru kegaitan diskusi film Gie ini saat menjadi Pimpinan Umum Lembaga Pers Mahasiswa Nawaksara Fakultas Hukum Unair dan saat ini menjabat sebagai Ketua Jumatan Komisi Kepemudaan Keuskupan Surabaya. Pada dua organisasi itu, Edwin seperti menemukan dunia kesenangannya yaitu berdiskusi dan mengapresiasi film-film yang berkualitas.

Edwin juga memiliki hobi berolahraga dan hidup sehat. Semenjak kecil Edwin sudah terlahir dengan postur gempal membuatnya harus berusaha keras untuk bisa meperoleh tubuh yang fit. Berbagai olahraga semacam renang, lari, bersepeda, circuit training, dan sampai fitness dilakoni Edwin untuk memperoleh tubuh yang lebih sehat. Hasilnya dari berat 110 kg saat pertama kali berkuliah, Edwin berhasil menurunkan bobot tubuhnya sampai 73 kg. Pola makan dengan sistem puasalah yang dipilih Edwin dalam menjaga bobot tubuhnya. Hasilnya tubuh fit dan bugar yang sekarang disyukuri oleh Edwin sebagai salah satu anugrah dari Tuhan.

Saat ini Edwin tengah mengenyam pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Airlangga pada semester akhir dan tengah menyusun skripsi. Skripsi yang tengah disusun Edwin berjudul Hukum Adat, Pluralisme Hukum, dan Konstitusi. Untuk ke depannya, Edwin bercita-cita untuk menjadi Hakim dan Negarawan. Hal ini dikarenakan kejengahan Edwin melihat perkembangan dunia peradilan dan ketatanegaraan Indonesia yang sangat susah menemukan orang yang memiliki integritas dan karakter yang kuat. Dengan penempaan tentang integritas dan karakter yang selama ini selalu dibiasakan dalam hal-hal kecil oleh Edwin, diharapkan mampu membuat Edwin kelak menjadi Hakim dan Negarawan yang memiliki integritas dan karakter yang tangguh.

Video profil finalis PPAN Jatim 2015



Finalis PPAN Jatim berfoto dengan Oma dan Opa di Rumah Usiawan Panti Surya , Wonocolo Surabaya. Foto diambil pada 24 Mei 2015, saat para finalis selesai mnyuguhkan pagelaran seni budaya Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar