Jumat, 05 Juni 2015

Temu Moderatores OMK dan Mahasiswa se-Regio Jawa 2015


“Evangelii Gaudium dalam Konteks Jakarta”


Wisma Samadi, Klender, Jakarta Timur menjadi tempat perhelatan Temu Moderatores Orang Muda Katolik (OMK) dan Mahasiswa se-Regio Jawa (Temod) 2015 yang telah berlangsung pada tanggal 20-23 April 2015 lalu. Temod 2015 kali ini diikuti sebanyak kurang lebih 50an peserta yang terdiri dari perwakilan pendamping di 8 Komisi Kepemudaan (Komkep) di berbagai Keuskupan dan perwakilan pendamping di Gereja Mahasiswa se-Regio Jawa. Komkep Surabaya sendiri mengirimkan 3 perwakilan, yaitu Romo Diosesan (RD) Paulus Febrianto yang adalah Romo Moderator Komkep Surabaya, Katerina Gabriella, Edwin Gore, dan Verawati Ngamel. Selanjutnya Denny Setyabudy dan Stevie Yonara ditunjuk menjadi perwakilan kemahasiswaan dari Keluarga Mahasiswa Katolik Santo Aloysius Gonzaga, Universitas Airlangga.
Temod yang menjadi wadah bertemunya para pendamping OMK dan Pastoral Mahasiswa sejak tahun 1995 ini, selalu menawarkan keprihatinan tertentu dalam menyikapi situasi sosial, politik, budaya, dan keagamaan di Gereja Indonesia. Komkep Kesuskupan Agung Jakarta (KAJ), dimoderatori oleh RD. Albertus Yogo Prasetianto yang terpilih menjadi Tuan Rumah Penyelenggaraan Temod 2015 menetapkan “Evangelii Gaudium dalam Konteks Jakarta” sebagai tema penyelenggaraan Temod tahun ini. Bersumber dari Eksortasi Apostolik pertama Paus Fransiskus tahun 2013, RD. Albertus Yogo dari Komkep KAJ, RD. A. Haryanto dari Komkep KWI (Konferensi Waligereja Indonesia), dan J.P. Suprapto sebagai Steering Committee mencoba menawarkan Evangelii Gaudium (Sukacita Injil) sebagai bentuk pendampingan OMK dan Mahasiswa.

Evangelii Gaudium sebagai semangat penginjilan
Diawali oleh Rm. Krispurwana Cahyadi, SJ yang menjelaskan tentang Evangelii Gaudium dalam Konteks Jakarta, peserta Temod 2015 dipaparkan akan tantangan dan implementasi Evangelii Gaudium dalam kehidupan menggereja dan bermasyarakat khususnya di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta. Kemudian sesi dilanjutkan oleh Rm. Alfonsus Widhiwiyawan, SX yang membagikan pengalamannya saat mendampingi OMK Matius Penginjil Bintaro, Jakarta Selatan dalam konteks semangat Evangelii Gaudium.
Peserta Temod 2015 lalu diajak untuk melihat proses transformasi Evangelii Gaudium di Paroki Santo Servatius, Kampung Sawah, Bekasi, Jawa Barat. Paroki Kampung Sawah, begitu panggilan akrabnya, sudah sangat terkenal karena adanya inkulturasi budaya khususnya budaya Betawi dalam kehidupan menggereja, liturgis, dan semangat perwataan injilnya. Disambut oleh penyematan sarung adat betawi oleh Rm. Purwantoro, SJ kepada 8 perwakilan Keuskupan se-Regio Jawa, peserta lalu diajak berkeliling bangunan Gereja Kampung Sawah yang ternyata menyimpan banyak relikui (tulang-belulang orang kudus) dari Santo Servatius.
Selain perayaan ekaristi yang tetap mempertahankan budaya betawi di dalamnya seperti penggunaan bahasa betawi dalam misa dan baju adat khas betawi seperti kebaya, sarung, golok, dan peci dalam kesempatan-kesempatan tertentu, Paroki Kampung Sawah juga memiliki berbagai kekhasan inkulturasi budaya yang tidak bisa ditemui di tempat lain. Kegiatan-kegiatan seperti sedekah bumi yang dulunya berasal dari ritual animisme bebaritan, ngeriung bareng, gambang kromong, tradisi mengaduk dodol, dan banyak lagi mewarnai kehidupan menggereja umat-umat di Paroki Kampung Sawah yang rata-rata pasti memiliki ikatan kekerabatan antar satu dan lainnya.
Dalam konteks Gereja yang “keluar” dalam Evangelii Gaudium, Paroki Kampung Sawah berusaha menjadi sumber pewarta kedamaian dan cinta kasih di antara masyarakat daerah Kampung Sawah yang memiliki latar yang sangat beragam. Latar belakang masyarakat Kampung Sawah yang terdiri dari Pondok Pesantren Al Aziz, Vihara Tridharma Pondok Gede, Gereja Kristen Pasundan, Gereja Kristen Jawa, dan berbagai elemen masyarakat lain seperti Paguyuban Umat Beragama Melati Mandiri, Yayasan Fisabilillah (YASFI), membuat Paroki Santo Servatius tengah benar-benar ada dalam suka cita injil dari Gereja yang “keluar”.
 
Exposure ke Pemerintah DKI Jakarta dan MPR-RI
Acara yang dinanti-nantikan oleh para peserta Temod 2015 adalah exposure ke Kantor Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, dan Taman Mini Indonesia Indah. Kunjungan tahap pertama peserta Temod 2015 adalah menuju Gedung Pemprov DKI Jakarta untuk menemui Gubernur DKI Jakarta Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M atau akrab dipanggil Ahok. Sayangnya karena bertepatan dengan penyelenggaraan peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA), Ahok dengan sangat terpaksa harus membatalkan audiensi dengan peserta Temod 2015 untuk menyambut kepala negara-kepala negara sahabat di Jakarta.


Wakil Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat (kiri), bersama RD. Albertus Yogo dari Komkep KAJ (tengah) dan, RD. A. Haryanto dari Komkep KWI saat melakukan audiensi ke Pemprov DKI Jakarta.


Tetapi kekecewaan peserta Temod 2015 cukup terobati lantaran Wakil Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat berkenan menggantikan Ahok untuk melakukan audiensi di dalam Balai Agung Pemprov DKI Jakarta. Dalam sambutannya Pak Djarot menyampaikan tentang pentingnya keluarga dalam membentuk karakter kepemimpinan seseorang. “Jiwa kepemimpinan itu selalu dididik dalam lingkungan terkecil dulu, yaitu keluarga. Yang lalu kemudian berkembang dalam masyarakat, berkembang di sekolah, dan berkembang dalam macam-macam organisasi,” terang Mantan Wali Kota Blitar yang juga sempat menjadi dosen dan Pembantu Rektor I di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya ini.
Berlanjut dari Pemerintah DKI Jakarta, peserta Temod 2015 langsung menuju salah satu gedung paling bersejarah bagi perjuangan demokrasi di Indonesia, yaitu Gedung MPR-RI. Peserta Temod 2015 disambut oleh 3 orang anggota DPR-RI, yaitu Jhony G. Kera dari Fraksi Partai Nasional Demokrat, lalu Bu Hesti dan Bu Itet keduanya dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, dan oleh 2 orang anggota DPD-RI, yaitu Maria Goreti dari perwakilan Propinsi Kalimantan Barat dan Anang  Prihantoro dari perwakilan Propinsi Lampung.
Dari audiensi selama kurang lebih 2 jam, diperoleh informasi dari para anggota dewan bahwa jumlah  anggota MPR periode 2014-2019 gabungan dari jumlah anggota DPR dan DPD yang berjumlah 692 orang keseluruhan, hanya terdapat 18 orang yang beragama Katolik dan 100 orang yang beragama Kristen Protestan. Audiensi antara peserta Temod 2015 dan para anggota dewan berlangsung dengan cukup baik. Banyak harapan dan pertanyaan yang dilontarkan kepada para anggota dewan dari para peserta. Salah satunya oleh Edwin Gore dari perwakilan Komkep Surabaya yang mencermati lemahnya kinerja para anggota dewan dikarenakan teralu sibuk untuk mengurusi konflik internal partai dan tentang harapan akan integritas yang lebih sebagai orang Katolik di dalam lingkup kekuasaan Legislatif.


Perwakilan Komkep Surabaya saat berpose dengan Maria Goreti (tengah)Anggota DPD perwakilan Propinsi Kalimantan Barat.



Temod sebagai ajang berbagi dan belajar bagi Komkep Surabaya
Komkep Surabaya sebagai Tuan Rumah Temod 2016, melihat Temu Moderatores sebagai langkah strategis yang harus terus dilakukan. Pertemuan semacam inilah yang dapat saling menguatkan antar sesama pendamping Orang Muda. Tetapi pendampingan OMK dan Mahasiswa tetap memerlukan kontekstualisasi pendampingan seperti yang diamanatkan Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium. Kemudian agar jangan sampai terjadi apa yang dikotbahkan oleh Uskup Agung KAJ Mgr. Ignatius Suharyo dalam Misa Penutupan Temod 2015, yaitu tentang gerakan mengembalikan Injil oleh perwakilan Suku Indian kepada Santo Yohanes Paulus II saat kunjungannya ke Amerika Latin, dikarenakan Gereja yang teralu sibuk mencari kenyamanan diri dan diam akan ketidakadilan. (Edwin Gore)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar