Iman yang melatarbelakangi orang untuk beragama adalah pro akan
kebenaran. Tidak jarang ada banyak cara di luar dunia keagaman,
melakukan aktifitas pencarian kebenaran seperti yang dilakukan ilmu
pengetahuan. Berangkat dari pilihan berpijak bahwa
ada kebenaran yang "hakiki" (bukan relativis), maka ini semua adalah
harus dianggap sebagai pencarian kebenaran yang utuh. Dan agama,
seharusnya tidak boleh tertutup akan aktifitas2 semacam ini. Toh, jika
akhirnya ada beberapa bagian dalam agama yang perlu dikontekstualkan,
karena untuk memperoleh kebenaran yang lebih utuh, adalah sebuah
keniscayaan yang tidak boleh sama sekali dihindari. Akhirnya menurut
saya, saya bukan beragama Katolik (ataukah jika itu Islam, Hindu, Budha,
dll), tetapi saya beragama kebenaran. Buat apa beragama jika itu
bukanlah kebenaran.
Tatapi perlu diingat bahwa kebenaran adalah juga harus melalui proses pencarian yang tidak instan. Harus sangat berhati2 akan penipuan kebenaran2 pragmatisme (dalam artian instan, tidak pro-proses, jangka pendek, dan tidak mendasar) yang erat kaitannya dengan relativisme. Haruslah selalu melihat kebenaran sebagai "big picture"..
Tatapi perlu diingat bahwa kebenaran adalah juga harus melalui proses pencarian yang tidak instan. Harus sangat berhati2 akan penipuan kebenaran2 pragmatisme (dalam artian instan, tidak pro-proses, jangka pendek, dan tidak mendasar) yang erat kaitannya dengan relativisme. Haruslah selalu melihat kebenaran sebagai "big picture"..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar