Pemerintah Kota
Surabaya mengadakan pembekalan Kader Pembauran Kebangsaan yang telah
dilaksanankan pada 21-23 November 2014 bertempat di Graha Residen, Jl. Darmo
Harapan No. 1 Surabaya. Tema yang diusung kali ini adalah “Mempersiapkan Tenaga
Pembauran Kebangsaan dalam Menghadapi AFTA 2015”. Peserta yang disasar dalam
kegiatan ini berasal dari berbagai latar belakang Agama, Ras, Suku, dan
Kepercayaan yang ada di Kota Surabaya. Terdiri dari suku Batak, Jawa, Minang,
Maluku, Toraja, Papua, Aceh, Bali, Tionghoa, dan suku-suku lain dari seluruh
Indonesia. Juga berdasar latar belakang agama dan kepercayaan seperti Kristen,
Hindu, Kong Hucu, Islam, Budha, Kejawen, dan Katolik.
Perwakilan Katolik
dikirim oleh Keuskupan Surabaya dari perwakilan Komisi Hubungan Antaragama dan
Kepercayaan (HAK) Keuskupan Surabaya. Perwakilan tersebut terdiri dari 4 orang,
yaitu Edwin Gore, Jonathan, Edo, dan Teta. Berbekal dengan surat tugas dari HAK
dan undangan dari panitia, berangkatlah kami mengikuti kegiatan selama 3 hari 2
malam tersebut.
Mula-mula kami
berkumpul di Kantor Kantor Bakesbangpol dan Linmas Pemerintah Kota Surabaya
pada Jumat, 23 November pukul 08.00 pagi untuk berangkat ke lokasi acara
menggunakan Bus Pemkot sebanyak 3 buah. Setelah registrasi, makan pagi, dan
mengambil beberapa perlengkapan peserta, kami langsung diarahkan menuju bus yang sudah menunggu di kompleks
pelataran kantor Pemerintah Kota Surabaya. Cukup lama kami harus menunggu
peserta berkumpul sampai akhirnya bus berangkat dan tiba di lokasi acara pada
sekitar pukul 11.00 siang.
Setibanya di Graha
Residen, oleh panitia peserta sebanyak 65 orang, langsung diarahkan menuju aula
tempat terselenggaranya kegiatan setelah sebelumnya dipersilakan untuk
menikmati welcome drink. Kegiatan dimulai dengan pembukaan oleh panitia yang
ditandai dengan sambutan dari Bapak Soemarno Kepala Dinas Bakesbangpol dan Linmas
Kota Surabaya dan penyematan tanda peserta.
Setelah acara
pembukaan, kami dipersilahkan untuk menikmati makan siang dan mengisi pretest
kuisioner, setelahnya acara dilanjutkan dengan materi. Materi pertama adalah
“Bangga Menjadi Warga Indonesia” yang disampaikan oleh Bapak Hayomi dari
H.A.Y.O.M.I Personal Development. Materi pertama berisikan seputar kecintaan
akan Bangsa dan Negara Indonesia. Materi yang disampaikan cukup menghibur
karena ditunjang oleh pembawaan Bapak Hayomi yang juga adalah seorang motivator
dan mantan penyiar. Aspek-aspek kebangsaan dan nasionalisme banyak disinggung
dan coba dibangkitkan dengan media slide presentasi dan penyanyian lagu-lagu
kebangsaan. Bapak Hayomi menutup presentasi dengan meminta kami para peserta
untuk maju satu-persatu untuk mencium bendera merah putih sambil diiringi
lagu-lagu kebangsaan.
Acara selanjutnya
dilanjutkan dengan pemaparan materi kedua yang disampaikan oleh Dr. Fransisca
Dwi Harjanti, M. Pd. dengan judul materi “Menumbuhkan Nasionalisme dalam
Menghadapi AFTA 2015. Dimulai dengan pengenalan akan AFTA 2015, Dr. Fransisca
menyampaikan kecintaan gaya baru akan bangsa dan negara. AFTA di satu sisi
dapat membantu kemajuan perekonomian Indonesia juga membawa dampak lunturnya
identitas kebangsaan. Perkembangan tekonologi dan arus kebebasan yang tidak
dapat dibendung memerlukan dasar karakter kebangsaan yang wajib dimiliki oleh
rakyat Indonesia.
Strategi-strategi
seperti pernyiapan sumber daya manusia yang dapat bersaing di Era Perdangan
Bebas adalah mutlak perlu. Tidak hanya dari kognitif, aspek nasionalisme dan
kebangsaan sangat ditekankan oleh Dr. Fransisca, yang memperoleh gelar Doktor
dari Universitas Negeri Surabaya ini. Diskusi yang berlangsung dengan cukup
seru antara para peserta dan pemateri membuat peserta tergerak akan kecintaan
pada tanah air.
Hari kedua dan ketiga
kegiatan banyak didominasi oleh Out Bond dan game-game. Keakraban semakin
muncul terlihat dari canda dan gurauan kami sesama peserta. Hal ini ditunjang
pula karena panitia membagi kami terpencar dalam 6 kelompok dengan berbagai
latar belakang yang berbeda-beda. Terlihat juga identitas kami telah menjadi
satu yaitu identitas ke-Indonesian.
Yang menarik pada malam
kedua adalah kegiatan pentas seni dari setiap kelompok yang ditampilkan setelah
api unggun. Keceriaan kami semakin pecah ketika penampilan-penampilan kelompok
dapat membuat gelak tawa dari para peserta. Salah satu dari kami yang
berulangtahun juga menambah keakraban kami para peserta.
Hari ketiga kami para
peserta diminta untuk menyelesaikan project membawa lilin secara sebagai satu
keluarga menghadapi gempuran perang air yang dilancarkan oleh panitia. Setelah
melakukan percobaan disebakan gempuran air yang cukup kuat, akhirnya seluruh
peserta dapat menyelesaikan misi menghantar lilin ke tempat yang dituju. Sorak
kegembiaraan menandai suka cita kami karena telah berhasil menyelesaikan misi
sebagai satu keluarga. Puncak acara ditandai dengan Pembacaan Deklarasi Dukungan
Pembauran Kebangsaan yang dipelopori oleh sahabat dari suku Minang. Aksi galang
tanda tangan dari setiap peserta, upacara penutupan, dan sesi foto bersama
menandai berakhirnya kegiatan yang sangat berkesan ini di hari ketiga. Semoga
kegiatan semacam ini dapat berlangsung terus pada masa-masa akan datang
sehingga terus terciptanya persatuan dan perdamaian di Indonesia khususnya di
Kota Surabaya. (Edwin,Teta,& Edo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar