(Ditulis pada Agustus 2011)
Pada bulan-bulan Juni sampai Juli 2011 kemarin, SMHI (Solidaritas
Mahasiswa Hukum untuk Indonesia) yang merupakan salah satu BSO (Badan Semi
Otonom) di Fakultas Hukum Universitas Airlangga, lewat Departemen Advokasi
Mahasiswanya berkegiatan bersama anak-anak dari Sanggar Merah Merdeka. Sanggar
Merah Merdeka yang dulunya bernama Yayasan Hitam Putih, yang kemudian berubah
menjadi Yayasan Merah Merdeka, lalu berubah lagi menjadi Sanggar Merah Merdeka
sekarang, adalah sebuah yayasan yang kini bergerak pada pendampingan anak-anak
dalam bentuk sanggar bermain dan belajar. Kepemimpinan sanggar sendiri
berubah-ubah mulai dari Romo Gani C.M. sampai sekarang dipimpin oleh Romo Wawan
C.M. yang semuanya adalah pemuka agama Katolik. Berawal dari keperihatinan akan
kurangnya kesadaran akan pentingnya seorang anak yang selama ini hanya
dijadikan objek semata dan diperlakukan sangat tidak adil, romo-romo
Conggergatio Misi atau C.M. ini mendirikan sebuah sanggar yang dulu terletak di
bantaran kali Wonokromo, tetapi karena terjadi penggusuran bantaran kali
Wonokromo pada tahun 2000an, sekarang sanggar menetap di Bendul Merisi. Saat
ini Sanggar Merah Merdeka memiliki sekitar 60-70 anak didik mulai yang duduk di
bangku taman kanak-kanak hingga bangku SMA. Hampir sebagian besar anak-anak
tersebut adalah korban gusuran bantaran kali Jagir juga.
Akhirnya lewat Mas Alfred, salah seorang relawan tetap di Sanggar Merah
Merdeka yang juga adalah Alumni Fakultas Hukum Universitas Airlangga, akhirnya
SMHI mendapat kesempatan untuk belajar bersama dengan anak-anak di sanggar.
Kegiatan SMHI dimulai dengan pembukaan yang berlangsung pada tanggal 5 Juni,
yang pada saat bersamaan di sanggar sedang diadakan acara rutin 2 minggu
sekali, yaitu acara MAMIN SEHAT atau Makan Minum Sehat. Langsung saja SMHI
membaur dengan anak-anak untuk menyiapkan dan memasak makanan dan minuman
bersama-sama. Tak membutuhkan waktu lama, celutukan-celetukan ringan, canda
tawa, dan keakraban langsung menghiasi
acara MAMIN SEHAT antara SMHI dan kawan-kawan Sanggar Merah Merdeka. Dan
kegiatan hari itu diakhiri dengan perkenalan seluruh anggota SMHI dan
perkenalan rencana kegiatan SMHI di Sanggar Merah Merdeka.
Kemudian hari-hari di sanggar
diisi dengan berbagai kegiatan dari SMHI salah satunya adalah mengajar
menyanyi. Tidak mudah untuk membuat 60an anak-anak dengan berbagai kepribadian
untuk mau, hanya untuk mau, menyanyi bersama-sama, apalagi menyanyi dengan
benar. Begitulah indahnya anak-anak, setiap dari mereka punya jutaan persepsi
dan kehendak yang berbeda, tetapi dari banyaknya persepsi itulah kita dapat
menggali sebuah nilai-nilai kemanusiaan yang mungkin di Indonesia ini sudah
sangat langka. Melihat seorang anak menuliskan sebuah surat cinta untuk teman
dekatnya di tengah-tengah pelajaran menyanyi yang sama-sama baru kelas 5 SD
mungkin adalah suatu hal yang sangat mengagetkan. Ternyata bukan hanya
kehidupan orang dewasa saja yang rumit, kehidupan anakpun juga tak kalah rumit.
Surat cinta tersebut diberikan melalui salah seorang anggota SMHI untuk
diberikan kepada teman istimewanya tadi. Tak ayal pelajaran menyanyi hari itu
menyisakan perbincangan seru diantara anggota SMHI tentang kisah percintaan
itu. Tetapi disitulah keunikan seorang anak yang jujur, tulus, dan polos.
Ada juga peristiwa menarik pada saat kegiatan sastra. Seharusnya hari
itu diisi dengan belajar membuat pantun untuk kelas 1 dan 2, puisi untuk kelas
3 dan 4, dan mengarang cerpen untuk kelas 5 dan 6. Tetapi kelas 6 yang hari itu
rata-rata terdiri dari anak-anak laki-laki, diawali oleh Alan (seorang anak
yang cukup punya pengaruh di antara teman-temannya) menyeletuk “Mas, bosen ah
nggae cerpen terus, ceritanono sejarah ae yo opo?” yang langsung disambut oleh
kawan-kawannya yang lain. Dan mau tidak mau pelajaran hari itu berubah menjadi
pelajaran sejarah. Ternyata kita tidak bisa memaksakan kehendak atas anak. Anak
itu bagaikan sebuah kecambah yang baru menetas. Arah tumbuhnya mengikuti arah
datangnya sinar matahari dan arah sumber air. Hanya sekarang kita harus
merawatnya agar sumber airnya tidak tercemar, memberi pupuk, dan menyiangi
rumput-rumput liar agar mereka dapat tumbuh dengan subur.
Kegiatan SMHI di sanggar akhirnya ditutup dengan kegiatan HARI ANAK
NASIONAL pada tanggal 23-24 JULI yang merupakan kegiatan wajib Sanggar Merah
Merdeka. Kebetulan SMHI mendapat bagian untuk melatih anak-anak bernyanyi lagu
Laskar Pelangi. Dengan berbekal 2 buah gitar dan latihan ketat selama 2 minggu,
anak-anak dapat menyuguhkan sebuah paduan suara yang sangat bagus yang
ditampilkan pada panggung HAN (HARI ANAK NASIONAL). Mereka dengan sangat ceria
bernyanyi dan menari sesuai irama dan bahkan tanpa fals yang menandai
berakhirnya kegiatan SMHI di Sanggar Merah Merdeka.
Sungguh menyenangkan melihat anugerah Tuhan yang paling berharga di
alam semesta ini. Ya, seorang anak adalah sosok yang tanpa cela dan tanpa dosa.
Mereka adalah sosok manusia bersih yang berkewajiban untuk bermain dan berhak
untuk belajar dengan caranya sendiri.
Anak adalah manusia pembelajar yang sangat briliyan. Pertumbuhan otak anak-anak
pada usia dini adalah pertumbuhan otak paling cepat selama masa hidupnya.
Menjadi apa seorang anak adalah tergantung cara kita membentuknya. Apakah fase
pertumbuhan itu diisi dengan hal-hal yang positif? Ataukah fase pertumbuhan
tersebut diisi dengan trauma dan kekerasan? Semua ada dalam genggaman kita. Dan
sekali lagi mereka selalu dan pasti akan benar.
Pecahkanlah cadas dengan akar
lalu tegarkan sosokmu
Menjulanglah tinggi dengan dahan
dan hijau daunmu
Lalu isilah dunia dengan oksigen
kasih dan cintamu
Aku adalah tunas dan akan selalu
menjadi tunas
(Edwin Gore)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar