Saya terus terang sudah cukup lama disarankan oleh beberapa teman dan senior untuk segera memiliki smartphone. Alasan mereka rata-rata adalah bahwa dalam fitur smartphone terdapat berbagai jenis komunikasi yang murah dan efisien. Sebut saja WA yang katanya menggunakan modal koneksi internet. Untuk jenis komunikasi lain saya kurang mengetahui dikarenakan saya adalah pegguna setia hp konvensional dgn fitur tlep dan sms dari waktu ke waktu. Saya menggunakan baru hp antara kelas 2 atau 3 SMA sampai sekarang (ya, memang saya baru butuhnya waktu itu, hehe). Jadi bisa ditotal saya menggunakan hp konvensional sudah 6 tahun.
Anyway, saya sudah merasa butuh untuk menggunakan smartphone. Pertama, hal ini dikarenakan keranjingan saya dalam nge-blog, menulis, membaca, dan mengadiri seminar/simposium/kuliah/diskusi. Mengapa? Karena meskipun saya memiliki laptop saya agak kesulitan untuk menenteng laptop kemana-mana. Laptop saya Acer (Aspire 4741Z), jadi agak besar dan ribet. Ditunjang pula dengan baterai-nya yang ngedrop, jadi butuh selalu di cas. Smartphone jelas memudahkan sekali dalam menulis ide-ide yang tiba-tiba muncul dan mencari klarifikasi sumber-sumber informasi. Koneksi internet dan kemampuan menyimpan sumber-sumber seperti E-Book dan artikel sangat menunjang hobi saya tadi. Juga saya bisa sewaktu2
Kedua, jaringan pertemanan dan organisasi sudah menggunakan media-media grup yang tidak bisa diakomodir oleh sms dan tlep. Awalnya saya tidak merasa terganggu oleh kenyataan ini. Tetapi melihat bahwa ada organisasi atau ikatan pertemanan yang saya sedang/pernah ikuti seperti:
- Keluarga Mahasiswa Katolik Universitas Airlangga
- Sie Kerohanian Katolik Universitas Airlangga
- Komisi Kepemudaan Keuskupan Surabaya
- Alumni Peserta Pembekalan Kebangsaan oleh Bakesbangpol dan Linmas Kota Surabaya thn 2014
- Alumni Peserta FGD Organisasi Kepemudaan Jawa Timur thn 2014
- Peserta Kegiatan Perekaman Sidang Korupsi kerjasama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Fakultas Hukum Unair
- Pelayanan Pastoral Mahasiswa Surabaya
- Alumni Pelatihan Pria Sejati Katolik
- Alumni Pelatihan Brave Man chapter Surabaya
- Pelayanan Pastoral Mahasiswa Surabaya
- Alumni Pelatihan Pria Sejati Katolik
- Alumni Pelatihan Brave Man chapter Surabaya
- Ikatan-ikatan pertemanan di FH UA
- Ikatan-ikatan pertemanan SMAK Kolese Santo Yusup Malang
Terlihat dari jumlah dan massive-nya organisasi/ikatan pertemanan ini yang nyaris semua-nya menggunakan media sosial dalam berkomunikasi, sepertinya saya telah melakukan kesalahan fatal untuk tidak menyadari pentingnya hal ini. Sudah tidak terhitung sahabat-sahabat yang luput saya jalin dengan mengabaikan kenyataan cyber world ini (logikanya adalah karena tidak semua bisa saya jumpai secara langsung). Kita sepakat bahwa silahturahmi tidak bisa diukur dengan uang bukan? So, berapa kali lipat "tidak bisa dihitung dengan uang" yang sudah saya buang. Belum lagi jika sebut saja 5-10% diantaranya adalah membawa rejeki dan link? Haduh ngeri!!
Ketiga, kesukaan saya dalam kegiatan outdoor seperti naik gunung, bersepeda, lari, nonton konser, dll.. Akan sangat sayang sekali jika saya melewatkan untuk mengabadikan moment keren yang saya alami. Seperti contoh parahnya adalah sebagai berikut. Saya pernah naik Gunung Ijen di Tulung Agung dan sempat tersesat pula meskipun akhirnya bisa muncak dan kembali pulang dan selamat. Tetapi parahnya adalah tidak satupun dari kami ber-4 membawa kamera ataupun smartphone yang bisa digunakan untuk mengambil gambar. So? Saya hanya bisa mengingat-ingat aja. Atau pernah saya bersepeda dari Surabaya-Malang sendirian. Ya, sendirian. Saya memang kalo iseng bisa kebablasan. Kenangannya? Ya hanya ada di kepala. Atau waktu saya nonton Mr. Big, band kesukaan saya. Ya cukup melongo akhirnya (tentu masih bisa sing along, hehe). Terus bagaimana dengan foto-foto saya selama ini? Ya dengan kamera pinjeman (yang kalo gak boleh dipinjem, saya yang maksa-maksa, hehe), terus di e-mail, atau di bluetooth.
Ketiga, kesukaan saya dalam kegiatan outdoor seperti naik gunung, bersepeda, lari, nonton konser, dll.. Akan sangat sayang sekali jika saya melewatkan untuk mengabadikan moment keren yang saya alami. Seperti contoh parahnya adalah sebagai berikut. Saya pernah naik Gunung Ijen di Tulung Agung dan sempat tersesat pula meskipun akhirnya bisa muncak dan kembali pulang dan selamat. Tetapi parahnya adalah tidak satupun dari kami ber-4 membawa kamera ataupun smartphone yang bisa digunakan untuk mengambil gambar. So? Saya hanya bisa mengingat-ingat aja. Atau pernah saya bersepeda dari Surabaya-Malang sendirian. Ya, sendirian. Saya memang kalo iseng bisa kebablasan. Kenangannya? Ya hanya ada di kepala. Atau waktu saya nonton Mr. Big, band kesukaan saya. Ya cukup melongo akhirnya (tentu masih bisa sing along, hehe). Terus bagaimana dengan foto-foto saya selama ini? Ya dengan kamera pinjeman (yang kalo gak boleh dipinjem, saya yang maksa-maksa, hehe), terus di e-mail, atau di bluetooth.
Keempat, proses saya sekarang yang sedang getol memperbaik bahasa Inggris. Tentu kalo ada kamus berjalan akan sangat memudahkan saya. Dibandingkan dengan harus membawa Laptop dan Kamus.
Kelima, kapasitas smartphone yang lebih besar dari hp biasa dalam menyimpan file-file yang saya perlukan. Seperti ide-ide dan jadwal hidup saya.
Keenam, bisa bawa buku tanpa harus takut berat atau ketinggalan. Cukup dengan difoto halaman demi halamannya atau dengan E-book. Enak juga kalo bisa akses jurnal-jurnal.
Terakhir adalah kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya tidak teralu urgent, seperti murahnya WA, bisa FB-an, bisa denger lagu yang banyak, bisa lihat seminar/kuliah/dokumenter dalam bentuk video di mana saja, jadwal OCD saya, dan terus update informasi.
Dari alasan-alasan di atas disimpulkan bahwa:
SAATNYA UNTUK BELI SMARTPHONE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar