Kamis, 05 Februari 2015

MEREKA SELALU BENAR


(Ditulis pada Agustus 2011)
Pada bulan-bulan Juni sampai Juli 2011 kemarin, SMHI (Solidaritas Mahasiswa Hukum untuk Indonesia) yang merupakan salah satu BSO (Badan Semi Otonom) di Fakultas Hukum Universitas Airlangga, lewat Departemen Advokasi Mahasiswanya berkegiatan bersama anak-anak dari Sanggar Merah Merdeka. Sanggar Merah Merdeka yang dulunya bernama Yayasan Hitam Putih, yang kemudian berubah menjadi Yayasan Merah Merdeka, lalu berubah lagi menjadi Sanggar Merah Merdeka sekarang, adalah sebuah yayasan yang kini bergerak pada pendampingan anak-anak dalam bentuk sanggar bermain dan belajar. Kepemimpinan sanggar sendiri berubah-ubah mulai dari Romo Gani C.M. sampai sekarang dipimpin oleh Romo Wawan C.M. yang semuanya adalah pemuka agama Katolik. Berawal dari keperihatinan akan kurangnya kesadaran akan pentingnya seorang anak yang selama ini hanya dijadikan objek semata dan diperlakukan sangat tidak adil, romo-romo Conggergatio Misi atau C.M. ini mendirikan sebuah sanggar yang dulu terletak di bantaran kali Wonokromo, tetapi karena terjadi penggusuran bantaran kali Wonokromo pada tahun 2000an, sekarang sanggar menetap di Bendul Merisi. Saat ini Sanggar Merah Merdeka memiliki sekitar 60-70 anak didik mulai yang duduk di bangku taman kanak-kanak hingga bangku SMA. Hampir sebagian besar anak-anak tersebut adalah korban gusuran bantaran kali Jagir juga.
Akhirnya lewat Mas Alfred, salah seorang relawan tetap di Sanggar Merah Merdeka yang juga adalah Alumni Fakultas Hukum Universitas Airlangga, akhirnya SMHI mendapat kesempatan untuk belajar bersama dengan anak-anak di sanggar. Kegiatan SMHI dimulai dengan pembukaan yang berlangsung pada tanggal 5 Juni, yang pada saat bersamaan di sanggar sedang diadakan acara rutin 2 minggu sekali, yaitu acara MAMIN SEHAT atau Makan Minum Sehat. Langsung saja SMHI membaur dengan anak-anak untuk menyiapkan dan memasak makanan dan minuman bersama-sama. Tak membutuhkan waktu lama, celutukan-celetukan ringan, canda tawa, dan keakraban  langsung menghiasi acara MAMIN SEHAT antara SMHI dan kawan-kawan Sanggar Merah Merdeka. Dan kegiatan hari itu diakhiri dengan perkenalan seluruh anggota SMHI dan perkenalan rencana kegiatan SMHI di Sanggar Merah Merdeka.
 Kemudian hari-hari di sanggar diisi dengan berbagai kegiatan dari SMHI salah satunya adalah mengajar menyanyi. Tidak mudah untuk membuat 60an anak-anak dengan berbagai kepribadian untuk mau, hanya untuk mau, menyanyi bersama-sama, apalagi menyanyi dengan benar. Begitulah indahnya anak-anak, setiap dari mereka punya jutaan persepsi dan kehendak yang berbeda, tetapi dari banyaknya persepsi itulah kita dapat menggali sebuah nilai-nilai kemanusiaan yang mungkin di Indonesia ini sudah sangat langka. Melihat seorang anak menuliskan sebuah surat cinta untuk teman dekatnya di tengah-tengah pelajaran menyanyi yang sama-sama baru kelas 5 SD mungkin adalah suatu hal yang sangat mengagetkan. Ternyata bukan hanya kehidupan orang dewasa saja yang rumit, kehidupan anakpun juga tak kalah rumit. Surat cinta tersebut diberikan melalui salah seorang anggota SMHI untuk diberikan kepada teman istimewanya tadi. Tak ayal pelajaran menyanyi hari itu menyisakan perbincangan seru diantara anggota SMHI tentang kisah percintaan itu. Tetapi disitulah keunikan seorang anak yang jujur, tulus, dan polos.
Ada juga peristiwa menarik pada saat kegiatan sastra. Seharusnya hari itu diisi dengan belajar membuat pantun untuk kelas 1 dan 2, puisi untuk kelas 3 dan 4, dan mengarang cerpen untuk kelas 5 dan 6. Tetapi kelas 6 yang hari itu rata-rata terdiri dari anak-anak laki-laki, diawali oleh Alan (seorang anak yang cukup punya pengaruh di antara teman-temannya) menyeletuk “Mas, bosen ah nggae cerpen terus, ceritanono sejarah ae yo opo?” yang langsung disambut oleh kawan-kawannya yang lain. Dan mau tidak mau pelajaran hari itu berubah menjadi pelajaran sejarah. Ternyata kita tidak bisa memaksakan kehendak atas anak. Anak itu bagaikan sebuah kecambah yang baru menetas. Arah tumbuhnya mengikuti arah datangnya sinar matahari dan arah sumber air. Hanya sekarang kita harus merawatnya agar sumber airnya tidak tercemar, memberi pupuk, dan menyiangi rumput-rumput liar agar mereka dapat tumbuh dengan subur. 
Kegiatan SMHI di sanggar akhirnya ditutup dengan kegiatan HARI ANAK NASIONAL pada tanggal 23-24 JULI yang merupakan kegiatan wajib Sanggar Merah Merdeka. Kebetulan SMHI mendapat bagian untuk melatih anak-anak bernyanyi lagu Laskar Pelangi. Dengan berbekal 2 buah gitar dan latihan ketat selama 2 minggu, anak-anak dapat menyuguhkan sebuah paduan suara yang sangat bagus yang ditampilkan pada panggung HAN (HARI ANAK NASIONAL). Mereka dengan sangat ceria bernyanyi dan menari sesuai irama dan bahkan tanpa fals yang menandai berakhirnya kegiatan SMHI di Sanggar Merah Merdeka.
Sungguh menyenangkan melihat anugerah Tuhan yang paling berharga di alam semesta ini. Ya, seorang anak adalah sosok yang tanpa cela dan tanpa dosa. Mereka adalah sosok manusia bersih yang berkewajiban untuk bermain dan berhak untuk belajar dengan caranya sendiri. Anak adalah manusia pembelajar yang sangat briliyan. Pertumbuhan otak anak-anak pada usia dini adalah pertumbuhan otak paling cepat selama masa hidupnya. Menjadi apa seorang anak adalah tergantung cara kita membentuknya. Apakah fase pertumbuhan itu diisi dengan hal-hal yang positif? Ataukah fase pertumbuhan tersebut diisi dengan trauma dan kekerasan? Semua ada dalam genggaman kita. Dan sekali lagi mereka selalu dan pasti akan benar.
Pecahkanlah cadas dengan akar lalu tegarkan sosokmu
Menjulanglah tinggi dengan dahan dan hijau daunmu
Lalu isilah dunia dengan oksigen kasih dan cintamu
Aku adalah tunas dan akan selalu menjadi tunas 
(Edwin Gore)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar